FATHERMAN, WHERE ARE YOU?

  • Updated
  • Posted in Artikel
  • 3 mins read

\"Selamat

Negeri ini disebut sebagai fatherhless country. Bukan sekarat karena gonjang – ganjing ekonomi, karena alhamdulillah kita sekarang sudah punya Menteri Keuangan Purbaya yang selalu optimis memandang ekonomi yang cerah dan mencapai 8% di masa depan.

Negeri ini makin kesini makin darurat karena krisis peran ayah dalam pengasuhan. Sehingga anak-anak krisis identitas dan kurang sentuhan maskulin dari sosok ayah. Dan jadilah mereka anak yang lebay karena orang tua yang lalai.

Beberapa kasus yang terbaru, ada siswa SMA di Jakarta yang menjadi korban bullying dan dendam hingga meledakan sekolahnya. Ada juga santri di Aceh yang nekad membakar pesantren. Dan ada satu sekolah yang semua siswanya mogok belajar karena membela temannya yang dihukum kepala sekolah karena merokok.

Model pendidikan pada zaman Nabi Muhammad dan para sahabat, metodenya bersandar pada keluarga. Contohnya ketika kita belajar hadits, ada sanad yang berbunyi : ‘an Umar, ‘an abiihi an jaddihi sami’tu Rasulullah qola… (dari Umar, dari bapaknya, dari kakeknya, saya mendengar Rasulullah bersabda…

Artinya, metode pendidikan pada zaman Nabi Muhammad dan para sahabat terjadi sesuai hirarki dalam keluarga, dari Rasulullah ke kakek Umar, dari kakek ke ayah Umar, dari ayahnya ke Umar dan seterusnya.

Dan ilmu sanad inilah yang menjaga keotentikan hadits ini bisa diklasifikasikan dalam derajat suatu hadits. Apakah ini hadits shahih (kuat), hadits hasan baik), hadits dhoif (lemah) atau hadits maudu (palsu).

Namun kini zaman sudah berubah, sehingga konsep dan model pendidikan pun juga berubah. Ketika ilmu semakin maju dan berkembang, orang tua makin sibuk dan tidak mempunyai waktu serta kompetensi untuk mengajar anaknya. Maka lahirlah lembaga pendidikan formal seperti sekolah atau pesantren.

Yang menjadi masalah, terkadang orang tua yang sudah terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Ditambah issue emansipasi sehingga para perempuan menuntut kesetaraan karir. Akhirnya orang tua merasa bahwa pendidikan ini bisa dialihkan ke sekolah atau pesantren. Padahal tanggung jawab pendidikan tidak bisa serta merta dialihkan ke guru atau ustadz,

Apalagi orang tua kaya yang merasa sudah cukup bayar mahal biaya pendidikan ke sekolah favorit, setelah sekolah masih dileskan di bimbel yang mahal, sehingga orang tua pasrah bongkokan. Padahal tanggung jawab pendidikan harus bertumpu pada orang tua di rumah, terutama pada ayah sebagai penanggung jawab pendidikan.

Apalagi tata keluarga di akhir zaman ini sudah bergeser dari fitrahnya. Seolah-olah ada kesepakatan tidak tertulis, bahwa ayah fokusnya mencari nafkah, sementara ibu fokus pada pendidikan anak dan pekerjaan rumah tangga.

Kesepakatan ini bisa jadi karena semakin beratnya kompetisi dalam pelbagai bidang kehidupan, sehingga memaksa ayah menjadi laki-laki 10 P. Yaitu pergi pagi pulang petang, tapi penghasilan pas pasan, meski punggung pegal-pegal.

Padahal dalam Al Quran telah jelas tertulis, bahwa tugas utama ayah itu bukan mencari nafkah. Tapi tugas utama seorang ayah itu adalah mendidik keluarganya, menjaganya dari siksa neraka.

Maka kembalilah ayah ke peran utamamu. Luangkan waktumu sejenak, khususnya di hari ayah ini.

Selamat Hari Ayah
12 november 2025

#FatherhoodCommunity
#AyahPendidikPeradaban
#HomeBasedEducation

Igo Chaniago
Founder Fatherhood Community