AYAH ADA, AYAH TIADA\” ? (PART 3)

  • Updated
  • Posted in Artikel
  • 3 mins read

AYAH ADA, AYAH TIADA\” ? (PART 3)

Ketua KOMNAS Anak Kota Malang

Oleh : Igo Chaniago

Saya tidak percaya bahwa mereka para LGBT ini adalah takdir Tuhan yang sudah dikehendaki olehNya. Sehingga mereka seolah-olah tidak ada pilihan dan terpaksa menjalani takdirnya. Padahal perlu dibedakan, antara kelainan seksual dan gangguan seksual.

Gangguan seksual muncul karena kesalahan perilaku sehingga trauma dan terjadi kondisi seksual abnormal, maka munculah istilah lesbi atau gay. Sehingga gangguan seksual ini sebenarnya bisa disembuhkan. Tergantung dari pelakunya, apakah mau sembuh atau tidak.

Sedangkan kelainan seksual adalah kondisi seksual abnormal yang terjadi karena adanya kelainan dari dalam diri akibat tidak normalnya hormon yang dialami, sehingga secara fisik laki laki tapi hormonnya lebih dominan hormon perempuan, atau sebaliknya. Beberapa kasus yang langka, ada juga yang sejak lahir itu hemaprodhit (mempunyai dua jenis kelamin). Sehingga ketika dewasa dia harus memilih, mau menjadi laki-laki atau perempuan seutuhnya.

Salah satu contoh gangguan seksual, ada sebuah kasus viral di Kota Malang ketika saya bertugas di KOMNAS Perlindungan anak.

Dimana dia dikenal seorang Ketua RW yang mengayomi warganya, dia juga pejabat koperasi yang punya kedudukan tinggi, dan dia dikenal sebagai tokoh agama di kampungnya.

Namun Tuhan belum memberinya keturunan hingga usia 63 tahun. Lelaki tua ini juga sering mengundang anak yatim dan memberi santunan, kadang dia juga membelikan sepatu, kadang juga membelikan baju.

Tragisnya, dibalik semua kebaikan itu ternyata dia adalah pelaku pedofil. Setelah dilaporkan oknum tersebut dan ditangkap polisi, ia mengaku bahwa sudah menjadi predator anak sejak 30 tahun yang lalu, tepatnya sejak tahun 1990.

Dari laporan investigasi rekan-rekan kami di KOMNAS Perlindungan Anak, rata-rata korban adalah anak laki-laki yang orang tuanya sudah berpisah, hanya dekat dengan sosok ibu dan kehilangan figur ayah. Meski ayahnya masih ada, tapi sudah menikah lagi dengan wanita lain dan lebih peduli pada anak tirinya, daripada anak kandungnya.

Korbannya mulai anak BALITA hingga korban yang terbesar usia 17 tahun. Dan sebagian korban mulai ada perubahan perilaku, awalnya mereka lelaki normal, namun sekarang sudah mulai melambai. Ibunya kewalahan karena anak lelaki kebanggaannya sering minta skin care. Dan sebagian korban malah terus terang kalau sekarang lebih menyukai sesama jenis.

Ketika korban mulai konsultasi dengan didampingi orang tua. Saya merasa geregetan dengan pelaku yang dengan teganya merusak fitrah seksualitas anak-anak yang tak bersalah ini. Kadang korban cerita tentang perilaku seks yang menyimpang dengan pelaku yang membuat saya terasa jijik dan ngilu.

Namun saya masih bersyukur, meski awalnya mereka adalah korban dan kini ada tanda-tanda perubahan perilaku untuk menjadi pelaku. Tapi kami sepakat, bahwa perilaku homoseks ini adalah perilaku menyimpang dan termasuk dosa besar. Dan mereka mau berubah menjadi lelaki normal.

Meski sayang, ada beberapa ibu korban yang tidak mau kami dampingi untuk diterapi meski tidak berbiaya sepeserpun, karena semua biayanya sudah ditanggung oleh DINSOS. Mereka lebih mengutamakan ego, harga diri dan nama baik keluarganya, daripada menjaga tumbuh kembang anaknya.

Padahal para korban ini meski berayah, tapi ayahnya tiada. Mereka menjadi korban karena sesungguhnya mereka butuh sosok ayah yang dirindukan. Yang mengajarkan maskulinitas, mengajarkan ego, dan mengajarkan menjadi lelaki seutuhnya.

Gabung bersama kami di Fatherhood Community dengan klik tautan berikut :
• https//chat.whatsapp.com/E3jZDcRWwiz8fNmbGzISSZ

#KOMNASPerlindunganAnak
#FatherhoodCommunity
#HomeEducation