MENUNAIKAN HAK ANAK Oleh : Igo Chaniago Founder Fatherhood Community Menunaikan hak anak dapat menumbuhkan perasaan positif, khususnya anak-anak di bawah tujuh 7 tahun. Hal ini merupakan pelatihan bagi anak untuk tunduk dalam kebenaran dengan menunaikan hak diri dan orang lain, karena melihat orang tuanya yang memberikan hak anak kepadanya. Fase usia anak 0 – 7 tahun, adalah fase dimana anak merasa raja diraja, anak merasa dirinya adalah pusat semesta, dan ini adalah fase anak berada dalam titik egosentris tertinggi. Sehingga orang tua seharusnya perlakukan anak sebagai raja / ratu. Turuti apa maunya semampu kita. Mereka ingin berbagai mainan atau ingin bagi anak perempuan memakai baju seksipun, inilah waktunya. Jika fase ini tuntas, maka kelak ketika mereka dewasa tidak menjadi kekanak-kanakan karena di masa kecil kurang bahagia. Sehingga ketika mereka dewasa tidak lagi penasaran ingin memakai baju seksi. Karena sudah terpuaskan masa-masa ini ketika di masa kecil. Dan jangan terlalu cepat menggegas anak di fase 0 – 7 tahun ini dengan berbagai macam perintah agama, karena dalil mengajarkan sholat itu setelah 7 tahun ke atas, bukan sejak dini. Jangan tergesa gesa memasukan anak ke TPA atau rumah tahfidz BALITA. Tidak ada perintah satupun dari Al Quran maupun hadits, tentang kewajiban anak BALITA untuk sholat maupun belajar dan menghafal quran. Demikian pula jangan tergesa-gesa memaksa anak di fase ini untuk ikut les CALISTING, les musik, atau les macam-macam lainnya. Karena KEMENDIKBUD, telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, pada Pasal 69 tentang larangan mengajarkan membaca, menulis atau berhitung atau bentuk tes lain yang berkaitan dengan kognitif anak, tapi lebih menekankan pendidikan karakter. Termasuk juga jangan terburu-buru mengajarkan anak untuk berbagi di fase ini. Karena memaksakan anak berbagi di usia di bawah 7 tahun akan melukai egonya dan menyebabkan dia tidak bisa mempertahankan kepemilikannya. Hal ini juga pernah dicontohkan oleh manusia terbaik yang menjadi suri tauladan kita dalam mendidik anak. Dimana Rasulullah pernah meminta izin kepada anak kecil yang duduk di samping kanan Beliau, agar mau memberikan hak anak tersebut berupa cawan air minum bekas Rasulullah kepada orang dewasa yang duduk di samping kiri Beliau yang datang kemudian dan Rasulullah bertanya : “Apakah engkau mengizinkanku untuk memberi minum kepada mereka?” Sang anak tersebut tidak mau memberikan cawan tersebut dengan mengatakan “Tidak, aku akan memberikan bagianku darimu kepada seorang pun”. Dan Rasulullah membiarkan cawan itu dimiliki anak tersebut dan memberikan air minum kepadanya sehingga anak tersebut menikmatinya. (Jami’al Ushul 5/84) Di dunia ini tidak ada orang yang lebih tinggi kedudukannya daripada Rasulullah. Tetapi walaupun demikian, Beliau tetap menerima kebenaran meskipun dari seorang anak kecil. Beliau telah mengajarkan dan memberi pengarahan kepada kita untuk selalu menerima kebenaran walau dari anak kecil sekalipun. Tanpa disertai perasaan tinggi hati dan merendahkan anak kecil. Semoga Allah menjadikan kita semua dapat meniti jejak mereka dalam memberikan hak anak sesuai dengan fase tumbuh kembangnya agar tuntas sesuai fitrahnya.
MEMBINA ANAK, BUKAN MEMBINASAKAN
MEMBINA ANAK, BUKAN MEMBINASAKAN Ada guyonan ketika kami bercanda dalam sebuah diskusi bisnis, dimana seorang owner business mengeluarkan jokes “Kalau anak buah tidak bisa kita bina, yah kita binasakan!” Mungkin guyonan di atas hanyalah jokes ringan, tapi sebagian perusahaan ada yang turn over keluar masuk karyawan sangat tinggi, karena tidak betah dengan atasan yang kurang bijak. Mari kita simak sebuah hadits yang masyhur, dimana Rasulullah bersabda :Mudahkanlah dan janganlah kalian mempersulit, dan berilah kabar gembira dan janganlah kalian membuat lari. (Muttafaqn Alaihi) Dari hadits di atas, Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam apabila Beliau diberi pilihan pada dua perkara maka Beliau akan memilih perkara yang paling ringannya selama tidak mengandung dosa, namun apabila perkara tersebut mengandung dosa maka Beliau adalah orang yang paling jauh dari hal tersebut. Syariat islam bertujuan untuk mencari kemudahan kepada umatnya, tidak memberatkan dan juga tidak menyulitkan. Karena Allah juga berfirman : Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. (QS. Al Baqarah 185) Persoalan ibadah dalam islam tidak dipersulit, demikian juga dengan persoalan di luar ibadah (maghdah). Islam selalu mengutamakan kemudahan dan keringanan dalam kehidupan umatNya. Demikian juga dengan dalam persoalan pendidikan anak. Dalam mendidik anak metode yang paling bijak adalah beri kemudahan dan tidak terlalu mengekang anak-anak. Karena tidak mungkin kita membinasakan anak kita ketika mereka tidak bisa dibina. Metode dalam mendidik anak adalah dengan kelembutan, bukan dengan kekerasan. Rasulullah bersabda : Sesungguhnya Allah Maha Halus dan menyukai kehalusan. Dia memberikan sesuatu dengan kelembutan dan Dia tidak memberi sesuatu dengan kekerasan. (HR. Muslim). Demikian juga ayah juga harus memperhatikan kemampuan anak dalam melaksanakan aturan tersebut, jangan terlalu saklek. Dan jangan menuntut anak untuk melakukan sesuatu di luar kemampuannya. Pernah suatu ketika saya jalan jalan pagi ke car free day dengan keluarga, istri saya membeli martabak di sebuah stand yang mana penjual suami istri dibantu anak perempuannya yang berumur sekitar 10 tahun. Namun saya kasihan kepada si anak tersebut, karena kemampuannya yang terbatas dalam menggoreng martabak sehingga ia sangat pelan dan hati-hati dalam membolak balik martabak yang digorengnya. Sehingga orang tuanya berulangkali memarahi si anak tersebut, sampai akhirnya orang tuanya karena tidak sabaran merampas alat masak dari anaknya dengan paksa sambil marah-marah. Ibnu Qoyim Al Jauziyah mengatakan, seharusnya dalam melatih kepribadian anak haruslah dengan kelembutan, sesuai tahapan, tidak menerapkan kekerasan dan bentakan, serta dengan kata “QOULAN LAYINAN”, yaitu kata kata yang lemah lembut, enak didengar, penuh keramahan dan menyentuh hati. Semoga semua ayah di grup ini dijadikan Allah seorang ayah yang bijak, lemah lembut dan sabar dalam membersamai putra putrinya. Aamiiin… Oleh : Igo ChaniagoDirektur Indahnya Sedekah Foundation